Pengertian Proyek, Pengertian Program Manajemen, dan Pengertian Project Stakeholder Management.
Soal Essay TIPE A ( 60 MENIT)
1.
Pengertian
Proyek, Pengertian Program Manajemen, dan Pengertian Project Stakeholder
Management.
2.
Sebutkan,
jelaskan dan berikan contoh macam-macam Project Interaction / Stakeholder.
3.
Project Management memiliki tools yaitu Software, Gantt Chart, dan
Network Diagram. Jelaskan.
4.
Project
Management Interaction memiliki 9 Knowladge Area, sebutkan dan jelaskan.
SOAL TIPE B ( 30 MENIT)
5.
Seven
Core Project Phases
6.
.
Jelaskan masing-masing Phases.
Project management adalah proses planning,
organising dan managing task atau tugas untuk mencapai tujuan yang ditetapkan,
biasanya telah ditetapkan berdasarkan waktu, resource maupun biayanya. Sebuah
project plan bisa saja simple, misalnya daftar dari tugas yang di tulis dalam
sebuah notepad atau bisa juga sangat komplek misalnya ribuan tugas dan resource
dan budget dari project yang nilainya milyaran.
Sebagian project terbagi dalam kegiatan
yang hampir sama, termasuk memecah project ke dalam tugas tugas kecil yang
mudah di tangani, membuat jadwal tugas, mengkomunikasikan dengan tim, dan
melacak tugas untuk mengetahui progress dari project. Semua Project memiliki
tiga tahapan utama yaitu :
Membangun rencana;
Melacak dan mengelola proyek;
Tutup Proyek.
Semakin sukses kita melewati tiga tahapan
terebut, maka semakin besar kesempatan project akan sukses.
Software manajemen proyek meliputi banyak
jenis software, termasuk : perencanaan, control biaya dan dan manajemen
anggaran, alokasi sumber daya, software kerjasama, komunikasi, manajemen
kualitas dan dokumentasi atau system administrasi, yang biasanya menghadapi
kesulitan atau kerumian saat berhadapan dengan proyek proyek besar. Salah satu
software manajemen proyek yang cukup terkenal dan gratis saat ini adalah
GanttProject.
GanttProject
GanttProject adalah desktop tools dan
merupakan open source lintas platform untuk manajemen proyek program ini bisa
berjalan di windows, Linux, dan Mac OS X. Disamping free, GanttProject memiliki
semua fitur manajemen proyek normal, seperti pemetaan, grafik sumber daya dan
lain lain.
Yang bisa dilakukan oleh GanttProject
adalah :
Gant Chart, Membuat struktur susunan kerja, menggambarkan
keterkaitannya, dan menentukan patokannya.
Sumber Daya, Menunjuk sumbe daya manusia untuk mengerjakan tugas dan
melihat alokasi mereka di resource load chart.
Pert Chart, Menghasilkan PERT chart dari Gantt Chart.
Export, Menyimpan chart dalam bentuk gambar PNG dan menghasilkan laporan
laporan dalam bentuk PDF dan HTML.
Saling Beroperasi, Bisa meng-import dan meng-ekspor file proyek ke dalam
format Microsoft Project. Mengekspor ke spreadsheet dengn CVS.
Kolaborasi, Membagi dan mendiskusikan proyek dengan kolega kolega dengan
menggunakan WebDAV.
GanttProject menyimpan semua informasi yang
kita masukkan ke dalam field field, dimana setiap field dipisahkan berdasarkan
tipe spesifikasi informasinya, seperti nama task dan durasinya. Di GanttProject
field biasanya dimunculkan dalam sebuah kolom. Setelah kita membuat list
tugas/task dan membuat information schedule, maka plan dibangun. Kita bisa
melihat model dari project secara lengkap. Termasuk kapan project akan selesai
dan kapan di mulai untuk setiap task.
GanttProject menyimpan semua informasi yang
kita masukkan ke dalam field field, dimana setiap field dipisahkan berdasarkan
tipe spesifikasi informasinya, seperti nama task dan durasinya. Di GanttProject
field biasanya dimunculkan dalam sebuah kolom.
Setelah kita membuat list tugas/task dan
membuat information schedule, maka plan dibangun. Kita bisa melihat model dari
project secara lengkap. Termasuk kapan project akan selesai dan kapan di mulai
untuk setiap task.
Keuntungan menggunakan GanttProject :
Mengerti dan menyetujui tujuan dari project;
Dapat mengntrol saat project dimulai, sedang dikerjakan dan saat project
selesai;
Komunikasi yang jelas diantara orang orang yang terlibat dalam project;
Project dapat selesai tepat waktu, bahkan penggunaan biaya, ruang
lingkup dan kualitasnya dapat disesuai dengan yang di rencanakan;
Realistis dan tujuan dapat tercapai;
Keputusan jelas;
Kualitas kontrol dapat ditingkatkan;
Management perubahan dan resiko.
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen
Proyek
2.1.1
Pengertian
Manajemen
Manajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu
Manajemen dan Proyek. Menurut Hughes dan Cotterell (2002, p8) Manajemen
meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasi, mencari sumber daya, memberi
instuksi, memantau kemajuan, mengontrol, memiliki inovasi dan merepresentasi.
Manajemen adalah suatu proses perencanaan
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. (http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-ritha1.pdf)
Dari beberapa pendapat di atas, maka disimpulkan
bahwa manajemen itu adalah proses perencanaan, pengaturan, pengkontrolan, dan
pengkoordinasian kegiatan- kegiatan kerja dan penggunaan sumber daya agar
tercapainya suatu hasil dan tujuan yang diinginkan.
2.1.2 Pengertian Proyek
Menurut Hughes dan Cotterell (2002, p2) Proyek
dapat diasumsikan sebagai sesuatu yang besar untuk ditentukan bagaimana cara
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Beberapa karakteristik proyek dapat
disimpulkan antara lain :
1.
Pekerjaan
yang tidak rutin dilibatkan
2.
Diperlukan perencanaan
3.
Objektif
yang spesifik dapat dillihat atau produk yang spesifik dapat dibuat
4.
Pekerjaan
diselesaikan oleh beberapa orang
5.
Pekerjaan
diselesaikan dalam beberapa fase
6.
Sumber
daya yang dapat digunakan dalam proyek dibatasi
7.
Proyek
itu besar dan kompleks
Menurut Schwalbe (2004, p4) proyek adalah suatu
usaha yang bersifat sementara untuk menghasilkan suatu produk atau layanan yang
unik. Proyek normalnya melibatkan beberapa orang yang saling berhubungan
aktivitasnya.
Menurut
Schwalbe ( 2004, pp4-5) atribut suatu proyek antara lain :
1.
Sebuah
proyek memiliki tujuan yang khusus. Proyek harus menghasilkan suatu produk
khusus, layanan dan hasil akhir
2.
Proyek
bersifat sementara. Proyek memiliki awal dan akhir yang jelas
3.
Proyek
membutuhkan sumberdaya yang didapat dari berbagai area. Sumberdaya dapat berupa
hardware, software dan sumberdaya
lainnya yang dilakukan oleh pengguna sistem tersebut
4.
Proyek
harus memiliki pelanggan utama ( primary
customer) atau sponsor.
5.
Proyek
melibatkan ketidakpastian, karena setiap proyek bersifat unik sehingga sangat
sulit untuk menentukan objektifitas proyek, mengestimasi waktu dan biaya proyek.
Menurut Schwalbe (2004, pp5-6) setiap proyek
memiliki batasan yang berbeda terhadap ruang lingkup, waktu dan biaya yang
biasanya disebut sebagai triple
constraint (tiga kendala). Seperti itu pula seorang project manager harus memperhatikan hal-hal penting dalam manajemen
proyek :
1.
Ruang
lingkup ( scope ) : apa yang ingin
dicapai dalam proyek, produk atau layanan apa yang pelanggan harapkan dari
proyek tersebut
2.
Waktu
( time ) : berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek dan bagaimana jadwal kegiatan proyek akan dilaksanakan
3.
Biaya ( cost ) : berapa biaya yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan proyek
Dari beberapa beberapa pendapat di atas, maka
disimpulkan bahwa proyek adalah proyek bersifat sementara namun dibutuhkan
sub-sub pekerjaan dalam hal-hal waktu, biaya dan sumber daya yang dapat
menunjang jalannya proyek agar dapat menghasilkan produk atau hasil yang baik
dan jelas.
2.1.3 Pengertian Manajemen Proyek
Menurut Hughes dan Cotterell (2002, pp8-9),
Manajemen proyek adalah suatu cara untuk menyelesaikan masalah yang harus
dipaparkan oleh user, kebutuhan user harus terlihat jelas dan harus
terjadi komunikasi yang baik agar kebutuhan user
bisa diketahui.
Menurut Schwalbe (2004, p8) Manajemen Proyek
adalah aplikasi pengetahuan, keahlian, peralatan dan teknik untuk kegiatan
proyek yang sesuai dengan kebutuhan proyek.
Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa manajemen
proyek adalah cara mengorganisir dan mengelola sumber penghasilan yang penting
untuk menyelesaikan proyek. (http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_proyek)
Dari beberapa pendapat diatas, maka disimpulkan
bahwa manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengatur,
mengkoordinasikan seluruh sumber daya, biaya, waktu untuk menghasilkan suatu
hasil yang bersifat sementara atau suatu produk yang unik dan sesuai dengan
kebutuhan yang diminta.
Adapun perbedaan antar manajemen proyek sistem
informasi dan teknologi informasi adalah :
Manajemen proyek sistem informasi ditekankan pada
tiga faktor, yaitu : manusia, masalah dan proses. Dalam pekerjaan sistem
informasi faktor manusia sangat berperan penting dalam suksesnya manajemen
proyek. Pentingnya faktor manusia dinyatakan dalam model kematangan kemampuan
manajemen manusia (a people management
capability maturity model/ PM-CMM) yang berfungsi untuk meningkatkan
kesiapan organisasi perangkat lunak (sistem informasi) dalam menyelesaikan
masalah dengan melakukan kegiatan menerima, memilih, kinerja manajemen,
pelatihan, kompensasi, pengembangan karier, organisasi dan rancangan kerja
serta pengembangan tim (www.ilkom.unsri.ac.id/dosen/hartini/materi/IIIManajemenPSI.pdf)
Sedangkan teknologi informasi dilihat dari kata
penyusunnya adalah teknologi dan informasi. Secara mudahnya teknologi informasi
adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian
pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat,
lebih luas sebarannya dan lebih lama penyimpanannya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/TeknologiInformasi)
Maka dari itu disimpulkan bahwa, manajemen proyek
teknologi informasi adalah merencanakan, menyusun, mengorganisasikan seluruh
sumber daya, waktu, dan biaya untuk membuat suatu rekayasa manusia terhadap
proses penyampaian informasi kepada penerima akan lebih cepat, lebih luas
sebarannya dan lebih lama penyimpanannya.
2.2 Sistem Informasi
Pengertian sistem menurut O’Brien (2003, p8)
adalah suatu kelompok komponen yang saling berhubungan dengan bekerja sama ke
arah suatu pencapaian sasaran yang umum dengan menerima input dan memproduksi output dalam
suatu proses perubahan bentuk (transformasi) yang terorganisir. Sistem
mempunyai tiga fungsi dasar yang saling berinteraksi, yaitu :
1.
Input
Input mencangkup
penangkapan dan pengumpulan unsur komponen yang masuk ke dalam sistem untuk diproses.
2.
Proses
Proses
melibatkan perubahan bentuk (transformasi) input
menjadi keluaran.
3.
Output
Output merupakan
hasil akhir dari proses perubahan bentuk. Output
mencakup pemindahan unsur-unsur yang telah diproduksi oleh suatu proses
perubahan bentuk (transformasi) ke dalam tujuan akhirnya.
Pengertian sistem informasi menurut O’Brien (2002,
p7) adalah kombinasi dari elemen-elemen yang terdiri dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan kumpulan data yang terorganisir
yang dikumpulkan dan ditransformasikan untuk menyebarluaskan informasi di
sebuah organisasi.
Pengertian sistem informasi menurut Turban (2003,
p15), sistem informasi digunakan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan,
menganalisis dan mengolah informasi untuk tujuan tertentu.
Dari beberapa kesimpulan diatas, maka disimpulkan
bahwa sistem informasi adalah kombinasi yang terdiri dari orang, hardware, software, jaringan, dan
sekumpulan data yang diterima, diproses dan mempunyai keluaran dalam bentuk
informasi dalam sebuah organisasi
2.2.1 Pengertian Data
Pengertian data menurut Sawyer dan Williams
(2005,p12), adalah berisi fakta mentah dan figur yang akan diproses menjadi
suatu informasi.
2.2.2 Pengertian Informasi
Pengertian informasi menurut Sawyer dan Williams
(2005,p12), adalah data yang telah dikumpulkan atau telah dimanipulasi yang
digunakan untuk pengambilan keputusan. Contoh: total vote untuk suatu kandidat presiden yang digunakan untuk menentukan
siapa yang memenangkan menjadi presiden.
2.2.3
Pengertian Hardware dan Software
Hardware
adalah (Sawyer dan
Williams,2005,p12) berisi semua peralatan dan permesinan yang ada pada sistem
komputer. Contoh hardware adalah keyboard, printer, CPU. Hardware tidak dapat digunakan tanpa
adanya software
Software atau
program adalah (Sawyer dan Williams,2005,p12) berisi semua instruksi elektonik
untuk yang menarangkan bagaimana komputer dapat mengerjakan suatu pekerjaan.
Menurut
Sawyer dan Williams (2005,p20), Software terbagi
menjadi dua tipe,
yaitu
:
1.
Sistem
software, yaitu software yang membantu komputer untuk melaksanakan tugas dan
memungkinkan aplikasi software dapat
dijalankan. Sistem software merupakan
hal pertama yang harus diinstal sebelum aplikasi sistem. Contoh : Windows XP, Linux
2.
Aplikasi
software, yaitu software yang memungkinkan user
untuk menjalankan tugas yang spesifik, memecahkan masalah, menjalankan
pekerjaan atau untuk menjalankan suatu aplikasi hiburan. Contoh aplikasi software adalah Adobe Photoshop, Microsoft Word.
2.3 Daur Hidup Proyek
Menurut Schwalbe (2004, pp43-44) Daur hidup proyek
merupakan kumpulan dari tahapan-tahapan proyek. Tahapan dari daur hidup proyek
terdiri dari :
1.
Project Feasibility : terdiri dari tahap konsep dan
pengembangan, tahapan ini berfokus kepada perencanaan
2.
Project Acquisition : terdiri dari tahap implementasi dan
penyelesaian (close out)
berfokus
kepada penyampaian tugas yang akan dilaksanakan.
Sebuah proyek harus dapat menyelesaikan setiap
tahapan sebelum melanjutkan ketahapan yang berikutnya. Pendekatan daur hidup
proyek menyediakan suatu control manajemen
yang baik dan hubungan yang tepat terhadap operasi yang berjalan dalam
organisasi.
2.4 Project Management Knowledge Area
2.4.1
Manajemen Integrasi Proyek (Project Integration Management)
Menurut Schwalbe (2000, p49), Manajemen integritas
proyek meliputi proses yang terlibat dalam pengkoordinasian seluruh area
pengetahuan manajemen proyek lain di sepanjang daur hidup proyek. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa semua elemen dari proyek digunakan bersama
waktu yang tepat untuk menyelesaikan suatu proyek dengan baik
Proses
utama yang terlibat di dalam manajemen integritas proyek adalah :
1.
Pengembangan
Rencana Proyek (Project Plan Development)
Melibatkan
pengambilan hasil dari proses perencanaan dan membuat konsisten, dokumen yang
koheren tentang rencana proyek
2.
Pengeksekusian
Rencana Proyek (Project Plan Exceution)
Melibatkan
pelaksanaan rencana proyek dengan melakukan aktivitas yang termasuk di dalamnya
3.
Pengkontrolan
Perubahan Secara Keseluruhan (Integrate
Change Control) Melibatkan koordinasi perubahan di dalam proyek secara
keseluruhan untuk menyelesaikan keintegrasian manajemen proyek harus terlibat
di dalam lingkup proyek, kualitas, waktu, biaya, sumber daya manusia,
komunikasi, resiko, dan manajemen pengadaan
(procurement)
2.4.2
Manajemen Ruang Lingkup Proyek (Project Scope Management)
Menurut Schwalbe (2004, p138), Ruang lingkup
mewakili semua kinerja yang terlibat dalam menciptakan produk dari proyek dan
proses utnuk menciptakan proyek tersebut. Sedangkan ruang lingkup proyek
mencakup semua proses yang terlibat dalam pendefinisian dan pengaturan mengenai
apa yang termasuk atau tidak di dalam proyak. Hal ini untuk meyakinkan bahwa
tim proyek dan stakeholder mempunyai
pengertian yang sama mengenai produk yang akan diproduksi sebagai hasil dari
proyek dan proses yang akan digunakan dalam memproduksi proyek tersebut.
Kegiatan
utama yang terlibat dalam manajemen ruang lingkup proyek adalah :
1.
Inisiasi (Initiation)
Melibatkan tanda mulainya organisasi untuk memulai
proyek atau melanjutkan fase berikut dari sebuah proyek. Keluaran dari proses
inisiasi proyek adalah sebuah project
charter. Project charter merupakan
kunci dokumen untuk pengenalan formal mengenai keberadaan dan penyediaan
keseluruhan proyek. Menurut Schwalbe (2004, p154), project charter terdiri dari ;
·
Judul
proyek dan tanggal pengesahan
·
Nama
manajer proyek dan informasi yang dapat dihubungi
·
Penjelasan
mengenai rencana pengaturan proyek
·
Peraturan
dan tanggung jawab
·
Bagian
persetujuan dari pihak stakeholder proyek
·
Bagian
komentar mengenai proyek dari pihak stakeholder proyek
2.
Perencanaan
Ruang Lingkup (Scope Planning)
Melibatkan dokumen pengembangan untuk menyediakan
dasar dari keputusan yang akan dilakukan dari proyek, mencakup kriteria untuk
menentukan proyek atau fase telah diselesaikan sepenuhnya. Tim proyek
menciptakan sebuah pernyataan ruang lingkup dan perencanaan manajemen proyek
sebagai hasil dari proses perencanaan
ruang lingkup
3.
Pendefinisian
Ruang Lingkup (Scope Definition)
Melibatkan pembagian dari proyek besar menjadi
lebih kecil, lebih mudah diatur. Tim proyek menciptakan sebuah Work Breakdown Stucture (WBS) selama
proses pembuatan proyek.
Menurut Schwalbe (2004,p157), Work Breakdown Stucture (WBS) adalah sebuah analisis yang
berorientasi keluaran dari pekerjaan yang terlibat dalam proyek yang
mendefinisikan keseluruhan ruang lingkup proyek. WBS merupakan dokumen dasar
dalam menajemen proyek karena menyediakan dasar untuk perencanaan dan pengaturan
jadwal proyek, biaya dan perubahan. Seorang ahli dalam manajemen proyek percaya
bahwa kegiatan yang tidak seharusnya dilakukan dalam proyek apabila kegiatan
tersebut
tidak termasuk dalam WBS. Contoh gambar WBS dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Work Breakdown Structure
(Sumber
: Schwalbe (2004, p159)
4.
Verifikasi
Ruang Lingkup (Scope Verfication)
Pada tahap verifikasi ruang lingkup, melibatkan
penerimaan penyusunan dari ruang lingkup proyek. Key stakeholders secara formal menerima deliverables suatu proyek selama proses ini.
5.
Pengkontrolan
Perubahan Ruang Lingkup (Scope Change Control)
Meliputi pengontrolan perubahan dari ruang lingkup
proyek. Perubahan ruang lingkup, tindakan pengkoreksian dan pembelajaran adalah
output atau hasil dari proses ini.
2.4.3
Manajemen Waktu (Project Time Management)
Menurut Schwalbe (2004,p183-184), manajemen waktu
proyek yang didefinisikan dalam melibatkan proses yang dibutuhkan unutk
meyakinkan pemenuhan waktu dari proyek
Proses
utama yang terlibat di dalam manajemen waktu proyek adalah :
1.
Pendefinisian
Aktivitas (Activity Definition)
Proses mendefinisikan aktivitas yang spesifik yang
harus ditunjukkan oleh anggota proyek dan stakeholder
untuk menghasilkan project deliverables.
Suatu aktivitas adalah bagian dari pekerjaan yang biasanya ditampilkan
dalam bentuk WBS yang menjelaskan waktu yang diharapkan, biaya dan sumber daya
yang dibutuhkan.
2.
Urutan
Aktivitas (Activity Sequencing)
Proses mengidentifikasi dan mendokumentasikan
hubungan antara aktivitas proyek. Hasil utama dari proyek ini meliputi dagram
jaringan jadwal proyek (Project Schedule
Network Diagram ), perubahan permintaan dan pembaharuan daftar aktifitas
dan atribut. Hasil utama dari dari proyek ini adalah activity resource requirement, resource breakdown structure, requested
changes, dan memperbaharui atribut aktifitas serta kalender sumber daya.
3.
Perkiraan
Durasi Aktivitas (Activity Duration Estimating)
Proses mengestimasi banyaknya waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas individual. Hasil dari proses ini
adalah aktifitas perkiraan durasi dan pembaharuan atribut aktifitas.
4.
Pengembangan Jadwal
Melibatkan analisis urutan aktivitas, perkiraan durasi
aktivitas dan kebutuhan sumber daya untuk menciptakan jadwal proyek.
·
Gant Chart
Menurut Schwalbe (2004,p192), penjadwalan
proyek bisa digambarkan dengan menggunakan Gantt
Chart. Gantt chart menampilkan format standard
untuk
menampilkan
informasi jadwal proyek dengan membuat daftar aktivitas proyek dan bersesuaian
dengan tanggal mulai dan selesai proyek dengan format kalender.
Menurut http://dosen.amikom.ac.id/downloads/materi/, Gantt Chart memiliki beberapa
karakteristik, antara lain :
1.
Gantt chart secara luas dikenal sebagai alat fundamental dan mudah diterapkan oleh
para manajer proyek untuk memungkinkan seseorang melihat dengan mudah waktu
dimulai dan selesainya tugas-tugas dan sub- sub tugas dari proyek.
2.
Semakin
banyak tugas-tugas dalam proyek dan semkin penting urutan antara tugas-tugas
maka semakin besar kecenderungan dan keinginan untuk memodifikasi gantt chart.
3.
Gantt chart membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan “what if” saat melihat
kesempatan-kesempatan untuk membuat perubahan terlebih dahulu terhadap
kebutuhan.
Keuntungan menggunakan Gantt chart :
1.
Sederhana,
mudah dibuat dan dipahami, sehingga sangat bermanfaat sebagai alat komunikasi
dalam penyelenggaraan proyek.
2.
Dapat
menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan sesungguhnya pada
saat pelaporan
3.
Bila
digabungkan dengan metode lain dapat dipakai pada saat pelaporan Kelemahan Gantt Chart
:
1.
Tidak
menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dan
kegiatan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang diakibatkan
oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan proyek.
2.
Sulit
mengadakan penyesuaian atau perbaikan/pembaharuan bila diperlukan, karena pada
umumnya ini berarti membuat bagan balok baru. (http://dosen.amikom.ac.id/downloads/materi/)
Dibawah
ini adalah gambar 2.2 yaitu contoh gambar Gantt Chart,
![]() |
Gambar 2.2 Gantt Chart
(Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/PERT)
·
Project Evaluation Review Technique (PERT)
Menurut Shwalbe (2004,p206), Project Evaluation Review Technique merupakan suatu teknik analisis
jaringan yang digunakan untuk mengestimasi lama waktu proyek jika terdapat
tingkat ketidakpastian mengenai aktifitas individu. PERT menerapkan critical path method untuk memperkirakan
durasi rata-rata.
Adapun pendapat lain menyatakan , metode PERT
adalah cara perencanaan proyek dengan jaringan- jaringan pekerjaan yang
dihubungkan dengan pertimbangan tertentu. Metode ini seperti halnya CPM (Critical Path Method) memerlukan
beberapa parameter, salah satunya durasi aktivitas. Penentuan durasi aktivitas
pada CPM mengacu pada durasi pasti, artinya cukup melakukan estimasi satu
durasi aktivitas. Karakteristik proyek menyebabkan durasi aktivitas menjadi hal
yang tidak pasti, karena durasi aktivitas dipengaruhi oleh bermacam-macam kondisi
yang bervariasi. Metode PERT
memberi
asumsi pada durasi aktivitas sebagai hal yang probabilistik dikarenakan
aktivitas konstruksi bervariasi.
(http://digilib.petra.ac.id/ads-cgi/viewer.pl/jiunkpe/s1/sip4/2001/jiunkpe-ns-s1-2001- 21494199-203-durasi_pert-chapter2.pdf)
Menurut Olson (2004,pp212-214), dalam metode PERT,
ketidakpastian dalam durasi kegiatan dibutuhkan. Diperlukan tiga perkiraan dari
durasi kegiatan yaitu; waktu minimum, waktu rata-rata, dan waktu maksimum.
Rumus
PERT adalah :
![]() |
Keterangan
:
tе : Waktu
yang diharapkan (expected duration) a : Waktu
paling optimis (minimum)
m : Waktu
paling mungkin terjadi (most likely)
b : Waktu
paling lambat (maximum)
V : Varian
z : Deviasi standar dari distribusi normal Ts : Ekspektasi
waktu penyelesaian
Te : Waktu penyelesaian yang dikehendaki (expected duration) Untuk mengetahui
perhitungan PERT, dapat dilihat pada tabel 2.1
Activity
|
Minimum (a)
|
Likely (b)
|
Maximum (c)
|
Expected Duration (te) a+4b+c 6
|
Variance
(V)
[
( b – a ) / 6 ]²
|
Requirements
analysis
|
2
|
3
|
4
|
3
|
4/36
|
Programming
|
6
|
7
|
9
|
7,17
|
9/36
|
Hardware Acqusition
|
3
|
3
|
3
|
3
|
0
|
Train users
|
12
|
12
|
12
|
12
|
0
|
Implementation
|
3
|
5
|
7
|
5
|
16/36
|
Testing
|
1
|
1
|
2
|
1,17
|
1/36
|
Tabel
2.1 Perhitungan PERT Sumber (Olson, 2004, p217)
·
Critical Path Method (CPM)
Menurut Schwalbe (2004,p196), pengertian Critical Path Method atau juga disebut critical path analysis adalah tehnik
analisis jaringan kerja proyek yang digunakan untuk memprediksi durasi total
proyek. Jalur kritis untuk sebuah proyek adalah rangkaian aktivitas yang
menentukan waktu tercepat yang digunakan untuk menyelesaikan suatu proyek.
Adapun pendapat lain menyebutkan,Critical Path Method yang dikenal dengan
CPM adalah perhitungan matematika yang berbasiskan algoritma untuk menjadwalkan
satu set aktivitas proyek. Ini merupakan alat yang penting bagi manajemen
proyek yang efektif. Teknik yang penting dalam menggunakan CPM adalah untuk
suatu model proyek yang meliputi sebagai berikut :
1.
Daftar
semua aktivitas yang diperlukan untuk meyelesaikan suatu proyek
2.
Durasi
waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu proyek
3.
Ketergantungan
antar aktivitas
CPM menghitung alur yang terpanjang dari aktivitas
yang sudah terencana sampai akhir suatu proyek dan waktu tercepat dan terlama
dari aktivitas itu dimulai dan diselesaikan. Proses ini menentukan aktivitas
mana yang kritikal (memakan waktu yang paling panjang) dan yang mempunyai total float (waktu yang tertunda tanpa
membuat proyek tersebut lebih lama) (http://en.wikipedia.org/wiki/Critical_path_method)
Representasi node critical path dapat dilihat pada
gambar 2.3,
![]() |
Gambar 2.3 Representasi Node Critical Path
(Sumber : http://www.mindtools.com/critpath.html)
Keterangan :
a = nomor node
b = ES (Early Start)
Waktu
mulai paling awal dari suatu kegiatan Mencari mulai dari titik start.
Ambil
yang terbesar dari aktivitas yang masuk. c = LS (Latest Start) :
Waktu
paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara
keseluruhan
Mencari
mulai dari titik finish
Ambil
yang terkecil dari aktivitas yang keluar
Untuk representasi aktivitas
pada critical path method, dapat
dilihat pada gambar
2.4,

Gambar 2.4 Representasi
Aktivitas (Sumber : http://www.mindtools.com/critpath.html)
Keterangan:
Kegiatan
D :
▪
Kegiatan
D dimulai paling cepat (E.S) hari ke 4.
Rumus : ES = EF – Duration (lama kegiatan)
▪
Kegiatan
D dimulai paling lambat (L.S) hari ke 18.
Rumus : LS = LF – Duration (lama kegiatan)
▪
Ada
waktu sisa 18 – 4 hari = 14 hari.
▪
Kegiatan
D selesai paling cepat (E.F) hari ke 19.
Rumus : EF = ES + Duration (lama kegiatan)
▪
Kegiatan
D selesai paling lambat (L.F) hari ke 33.
Rumus : LF = LS + Duration (lama kegiatan) Diagram critical path dapat dilihat pada gambar 2.5,

Gambar 2.5 Critical Path
Keterangan
:
Aktivitas
kritis digambarkan oleh:
·
Garis lurus
·
Garis
saling berhubungan
·
Start : E.S
·
Finish : L.S
Sedangkan
aktivitas non-kritis digambarkan oleh :
·
Garis putus-putus
·
Garis
tidak saling berhubungan.
·
Start : E.S
·
Finish : L.F Langkah-langkah :
Dimulai dari node start sampai berakhir di node finish.
Mencari aktivitas yang tidak memungkinkan adanya keterlambatan pengerjaan.
Dimana selisih EF – ES = durasi dan selisih LF – LS = durasi.
Maka jalur kritis atau critical path dari proyek diatas adalah B – F – L – H - K (garis
merah)
·
Slack
Slack adalah
selisih jadwal LS dan ES. Kegiatan dengan nilai slack = 0 adalah kegiatan
kritis. Rantai kegiatan kritis dari awal hingga akhir proyek adalah jalur
kritis.
Rumus
: Slack = LS-ES
2.4.4
Manajemen Biaya (Project Cost Management)
Menurut Schwalbe ( 2004, pp225-226 ), Project Cost Management terdiri dari
aktifitas persiapan dan pengaturan anggaran untuk proyek. Manajemen biaya
proyek melibatkan proses yang dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa proyek
terselesaikan dengan anggaran yang dianjurkan. Seorang manajer proyek harus
dapat meyakinkan bahwa proyek sudah didefinisikan dengan baik, mempunyai
perkiraan waktu dan harga yang akurat, dan mempunyai anggaran yang realistis
dimana tim proyek terlibat dalam hal penganjuran tersebut.
Merupakan tugas manajer proyek untuk memuaskan stakeholders proyek sekaligus memberikan
tekanan yang berkelanjutan untuk mengurangi dan mengontrol biaya.
Proses
yang terlibat dalam manajemen biaya proyek adalah :
1.
Perkiraan
biaya ( Cost Estimating )
Melibatkan
pengembangan sebuah pendekatan atau perkiraan dari biaya sumberdaya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Hasil utama dari proses ini merupakan
perkiraan biaya, dan mendukung rincian, dan sebuah perencanaan manajemen biaya.
2.
Penganggaran
biaya ( Cost Budgeting )
Melibatkan
pengalokasian perkiraan biaya keseluruhan terhadap peralatan kerja individu
untuk membangun sebuah dasar untuk pengukuran kinerja. Hasil utama dari proses
ini dari proses ini adalah landasan biaya (cost
baseline ).
3.
Pengendalian
biaya ( Cost Control )
Melibatkan
pengendalian perubahan terhadap anggaran proyek. Hasil utamanya adalah revisi
perkiraan biaya, pembaharuan anggaran, landasan biaya (Cost baseline ) dan pengukuran kinerja.
2.4.5
Manajemen Kualitas (Project Quality Management)
Menurut Schwalbe (2004, p264), Manajemen
kualitas proyek adalah suatu area pengetahuan yang sulit ditentukan. The International Organization for
Standardization (ISO) menyebutkan kualitas sebagai keseluruhan
karakteristik dari suatu entity yang
bisa membawa kepuasan yang dinyatakan dan kebutuhan yang tersirat. Ada pendapat
lain menyebutkan kualitas itu berdasarkan conformance
to requirements dan fitness to use.
Conformance to requirements adalah
proses proyek dan produk yang dihasilkan bertemu dengan spesifikasi kebutuhan
yang tertulis. Fitness to use berarti
suatu produk dapat digunakan sesuai dengan yang diharapkan.
Tujuan dari manajemen kualitas proyek adalah untuk
memastikan bahwa proyek dapat memenuhi kebutuhan seperti sesuai dengan yang
dikerjakan. Banyak teknikal proyek yang gagal karena tim proyek hanya berfokus
pada kebutuhan produk utama yang tertulis yang akan dihasilkan dan mengacuhkan
kebutuhan stakeholder yang sebenarnya
dan harapan atas proyek itu sendiri.
Proses
utama pada manajemen kualitas terdiri tiga proses yaitu :
1.
Quality
Planning
Proses mengidentifikasi standar kualitas yang
relevan dengan proyek dan bagaimana cara untuk memenuhi standar tersebut. Untuk
proyek teknologi informasi, standar yang harus dipenuhi meliputi pertumbuhan
sistem, merencanakan waktu respon yang reasonable
pada suatu sistem atau memastikan sistem akan menghasilkan informasi yang
akurat dan konsisten.
2.
Quality
Assurance
Proses mengevaluasi (secara periodik) keseluruhan
proyek untuk memastikan proyek akan memenuhi standar kulitas yang relevan. Pada
proses ini meliputi pengambilan tanggung jawab selama proyek berlangsung sampai
akhir proyek berjalan
3.
Quality
Control
Proses ini memonitor hasil spesifik proyek untuk
memastikan bahwa proyek berjalan sesuai dengan standard kualitas ketika
mengidentifikasi beberapa cara untuk meningkatkan kualitas secara keseluruhan.
2.4.6
Manajemen Sumber Daya (Project Human Resource Management)
Menurut Schwalbe ( 2004, pp311-312 ), Manajemen
sumber daya manusia proyek melibatkan proses yang dibutuhkan untuk melakukan
efektifitas dari penggunaan orang yang terlibat dengan proyek. Manajemen sumber
daya manusia menyangkut semua stakeholders
proyek seperti : sponsor, pelanggan, anggota tim proyek, staf pendukung,
para penjual yang mendukung proyek, dan lain-lain.
Proses
utama yang terlibat dalam manajemen sumber daya manusia proyek
adalah:
·
Perencanaan
sumber daya manusia ( Human Resource
Planning )
Melibatkan
pengidentifikasian dan pendokumentasian peranan proyek, tanggung jawab, dan
pelaporan hubungan. Hasil kunci dari proses ini meliputi peranan dan tanggung
jawab, bagan organisasi untuk proyek dan rencana manajemen staf.
·
Perekrutan
tim proyek ( Acquiring the Project Team )
Melibatkan
cara mendapatkan personil yang dibutuhkan untuk penugasan dalam proyek. Hasil
kunci dari proses ini adalah penetapan tugas untuk setiap staf
proyek,
informasi ketersediaan sumber daya, dan memperbaharui perencanaan manajemen
staf.
·
Pengembangan
tim proyek ( Developing the Project Team )
Meliputi
pembangunan kemampuan individu dan tim untuk meningkatkan kerja proyek.
·
Pengaturan
tim proyek ( Managing the Project Team )
Meliputi
kegiatan melacak kinerja anggota tim, memotivasi anggota tim, menyediakan umpan
balik secara tepat waktu, memecahkan isu dan konflik, serta mengkoordinasi
perubahan untuk membantu meningkatkan kinerja proyek.
●
Organisasi Proyek
Menurut
Pressman (2001, pp58-59), players pada
manajemen proyek piranti lunak dibagi menjadi lima bagian :
2.
Senior managers, adalah orang yang menentukan masalah
bisnis yang sering mempunyai pengaruh yang signifikan pada suatu proyek
3.
Project (Technical) managers, adalah orang yang harus merencanakan,
memotivasi, mengorganisasi dan mengkontrol dalam pengerjaan suatu sistem.
4.
Practitioners, adalah mendeliver keahlian teknikal yang diperlukan
engineer
untuk suatu aplikasi
5.
Customers, adalah orang yang menspesifikasi kebutuhan software yang akan dibuat
6.
End-users, adalah orang yang berinteraksi dengan software


![]() |
![]() |
![]() |
![]() |

2.4.7
Manajemen Komunikasi (Project Communication Management)
Menurut Schwalbe (2004,p353), tujuan dari
manajemen komunikasi kebutuhan proyek adalah untuk meyakinkan waktu dan turunan
yang benar, pengumpulan, penyebaran, penyimpanan dan peletakkan dari informasi
proyek.
Proses
utama dalam manajemen komunikasi proyek ada empat, yaitu :
·
Perencanaan Komunikasi
Meliputi penentuan informasi dan komunikasi
kebutuhan stakeholders yaitu siapa
saja yang membutuhkan informasi, kapan waktu membutuhkan informasi, dan
bagaimana cara informasi didapatkan oleh stakeholders
·
Pendistribusian Informasi
Meliputi pengadaan informasi yang dibutuhkan bagi stakeholders dalam kesatuan waktu
·
Pelaporan Kinerja
Meliputi pengumpulan dan penyebaran informasi
kinerja, termasuk laporan status, perbandingan kemajuan dan peramalan terhadap
kinerja ke depannya. Rencana proyek dan hasil-hasil kerja merupakan masukan
terpenting dalam pelaporan kinerja
·
Pengaturan Stakeholders
Meliputi
pengaturan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari
stakeholders
dan untuk memecahkan
masalah yang ada.
2.4.8
Manajemen Resiko (Project Risk Management)
Menurut Schwalbe ( 2004, pp392-393 ), Manajemen
resiko proyek merupakan seni dan ilmu pengidentifikasian, penganalisisan, dan
penanggapan terhadap resiko melalui siklus hidup dari proyek dan berpatokan
pada tercapainya tujuan proyek. Tujuan dari manajemen resiko proyek dapat
dipandang sebagai peminimalan resiko negatif potensial dan pemaksimalan resiko
positif potensial.
Menurut
Pressman (2003, pp146-149), resiko selalu melibatkan dua karakteristik
yaitu
:
·
Ketidak
pastian (Uncertainty)
Resiko
yang mungkin atau tidak mungkin terjadi. Ada atau tidak ada resiko kemungkinan
terjadinya adalah 100 persen
·
Kerugian (Lost)
Jika
resiko menjadi kenyataan, konsekuensi atau kerugian yang tidak diinginkan akan
terjadi. Saat resiko sedang dianalisis. Tingkat ketidakpastian dan tingkat
kerugian untuk setiap resiko sangat penting untuk dihitung dan diketahui
Beberapa kategori resiko yang dipertimbangkan untuk mengukur tingkat
ketidakpastian
tersebut yaitu :
1
Project risk mengancam perencanaan poyek
Jika project
risk menjadi kenyataan, hal ini akan mengacaukan jadwal proyek dan biaya
juga akan meningkat. Project risk mengidentifikasikan
anggaran potensial, jadwal, personal (staf dan organisasi), sumber daya,
pelanggan, requirement problem dan
dampak terhadap software project
2
Technical risk mengancam kualitas dan ketepatan waktu
produksi software
Jika technical
risk menjadi kenyataan, implementasi akan menjadi sulit bahkan tidak
mungkin dilakukan. Technical risk mengidentifikasikan
desain potensial, implementasi, interface
verifikasi dan masalah-masalah dalam pemeliharaan (maintenance). Selain itu, kerancuan spesifikasi, ketidakpastian
teknis dan penggunaan teknologi yang berlebihan juga merpakan faktor-faktor resiko
3
Business risk mengancam kelangsungan pembuatan software.
Business risk terkadang
membahayakan proyek atau produk. Lima kriteria
business
risk yang umum dan sering
muncul dalam pengembangan software adalah
:
·
Mengembangkan
produk atau sistem yang tidak sungguh-sungguh diinginkan pasar (resiko pasar)
·
Mengembangkan
produk yang sudah tidak cocok lagi dengan strategi bisnis perusahaan yang
senantiasa berubah (resiko strategi)
·
Mengembangkan
produk yang tidak dipahami oleh penjual sehingga tidak dapat dijual
·
Hilangnya
dukungan dari manajemen senior selama perubahan fokus atau SDM (resiko manajemen)
·
Hilangnya
komitmen personal atau anggaran (resiko anggaran)
·
Hilangnya
dukungan dari manajemen senior selama perubahan fokus atau SDM (resiko manajemen)
·
Hilangnya
komitmen personal atau anggaran (resiko anggaran)
4
Known risk merupakan resiko yang dapat muncul setelah
dilakukan evaluasi secara menyeluruh dan terperinci terhadap perencanaan
proyek, lingkungan bisnis dan teknis pengembanngan proyek dan sumber informasi
handal lainnya seperti tanggal
pengiriman yang tidak realistis, kurangnya dokumentasi kebutuhan atau lingkup proyek
5
Predictable risk merupakan perhitungan kemungkinan dari
pengalaman proyek yang lampau seperti pengalaman staff dan kurangnya komunikasi
dengan pelanggan
6
Unpredictable risk merupakan resiko yang dapat muncul kapan
saja dan sangat sulit diidentifikasi
2.4.9
Manajemen Pengadaaan (Project Procurement Management)
Menurut Shwalbe (2004, p427), Pengadaan (procurement) proyek mempunyai arti
mendapatkan barang atau jasa dari sumber daya luar (outsource). Manajemen pengadaan proyek meliputi proses yang
dibutuhkan untuk mendapatkan barang atau jasa dari luar proyek.
Proses
manajemen pengadaan proyek terdiri dari enam proses, yaitu :
·
Merencanakan
pembelian dan perolehan
Meliputi
penentuan apa yang harus ada, kapan waktunya, dan bagaimana caranya. Dalam
merencanakan pengadaan sumber daya yang perlu di outsource, menentukan tipe dari kontrak dan mendeskripsikan kerja
untuk penjual yang potensial (kontraktor, supplier,
penyedia produk dan layanan untuk organisai
lain )
·
Merencanakan kontrak
Meliputi
penjabaran kebutuhan untuk produk atau layanan yang diinginkan dari pengadaan
dan identifikasi sumber yang potensial atau penjual
·
Meminta
tanggapan penjual
Meliputi
perolehan informasi, penawaran atau proposal dari penjual yang sesuai
·
Memilih penjual
Meliputi memilih beberapa supplier yang potensial yang sesuai dengan proses dari evaluasi
penjual yang potensial dan negosiasi kontrak
·
Mengatur
kontrak
Meliputi
pengaturan hubungan dengan penjual yang dipilih
·
Menutup kontrak
Meliputi
penyelesaian dan penetapan kontrak. Proses ini biasanya mencakup verifikasi
produk dan penerimaan formal dan penutupan serta audit kontrak
2.5 Cost Benefit Evaluation Techniques
Menurut Hughes dan Cotterell (2004, pp41-42), Cost benefit evaluation dilakukan
untuk mempertimbangkan akan melanjutkan suatu proyek atau tidak apabila adanya
keuntungan yang dihasilkan dari proyek tersebut.
Untuk
mengevaluasi cost benefit dapat
dilakukan dalam dua tahap, yaitu :
1.
Mengidentifikasi
dan mengestimasi seluruh cost dan benefit yang dihasilkan oleh proyek dan
mengoperasikan sistem. Hal ini meliputi biaya pengembangan sistem, biaya
pengoperasian dan keuntungan yang diharapkan pada sistem baru
2.
Menjelaskan
biaya dan keuntungan pada unit-unit yang umum
Diperlukan untuk mengevaluasi keuntungan bersih,
perbedaan antara total keuntungan yang diperoleh dari sistem dengan total biaya
untuk membuat dan mengoperasikan sistem. Untuk itu, harus menjelaskan setiap
biaya dan setiap keuntungan pada umumnya.
Biaya langsung yang sebenarnya adalah secara
relatif mudah diidentifikasi dan diukur dalam pengukuran keuangan. Beberapa
macam biaya langsung, yaitu ;
·
Development cost (biaya pengembangan), meliputi gaji dan
biaya pekerja lain yang terlibat dalam pengerjaan proyek
·
Setup cost, meliputi biaya yang digunakan untuk
pengimplementasikan sistem.
Termasuk
biaya pembelian hardware baru dan
perlengkapan tambahan, dan meliputi biaya konversi file, perekrutan dan pelatihan staff
·
Operational cost, meliputi
biaya untuk mengoperasikan sistem setelah sistem di
install
Keuntungan (benefit),
sering kali sulit untuk diiukur dalam pengukuran keuangan. Keuntungan dapat
dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu :
·
Direct benefits, merupakan keuntungan langsung dari
pengoperasian sistem yang diusulkan
Contohnya
: sistem baru bisa mengurangi slip gaji karena sistem baru menggunakan sistem
yang terkomputerisasi
●
Assessable indirect benefits, merupakan keuntungan tambahan, seperti
meningkatkan ketelitian dengan desain layar yang lebih user friendly, dan bisa mengestimasi pengurangan kesalahan dan juga biaya.
·
Intangible benfits, merupakan keuntungan macam ini termasuk
sangat sulit untuk diukur. Contohnya, meningkatkan minat pekerjaan yang dapat
mengurangi penyerahan tanggung jawab dan kerenanya mengurangi biaya perekrutan.
▪
Metode
Evaluasi Cost Benefit
Menurut Hughes dan Cotterell (2004, p44-45) Metode
yang digunakan untuk mengevaluasi cost
benefit, antara lain :
·
Net Profit
Net
profit pada suatu proyek adalah perbedaan antar total biaya yang dikeluarkan dengan total pendapatan yang
dihasilkan selama proyek dijalankan.
·
Payback Period
Payback
period adalah waktu yang digunakan untuk mengganti investasi awal.
Keuntungan dari payback period adalah
untuk memudahkan menghitung dan meramalkan eror
yang akan dibuat.
·
Return on Investment (ROI)
Return on
Investment menggambarkan suatu cara untuk membandingkan
keuntungan yang dihasilkan dengan besarnya investasi yang ditanam.
Di
bawah ini adalah formula untuk perhitungan ROI yang umum digunakan :
![]() |
Contoh
perhitungan :
Keuntungan
dalam suatu perusahaan per tahun adalah Rp 10.000 dan total investasi sebanyak
Rp 100,000. Maka ROI nya adalah
ROI = (10,000/100,000) x 100 = 10%
·
Net Present Value (NPV)
NPV adalah tehnik mengevaluasi proyek yang
dimasukkan kedalam keuntungan proyek dan waktu cash flow yang akan dihasilkan. Hal ini akan menyusutkan cash flow berikutnya dengan presentase
yang biasa dikenal dengan discount.
Rumus
untuk menghitung NPV adalah :
![]() |
Contoh
perhitungan NPV dapat dilihat pada tabel 2.2:
Tabel
2.2 Contoh Perhitungan NPV (Sumber : Olson, 2003,p70)
Year
(t)
|
In
House Net
|
Divide by 1.15t
|
Outsource
Net
|
Divide by 1.15t
|
0
|
(Rp380.000)
|
(Rp380.000)
|
(Rp520.000)
|
(Rp520.000)
|
1
|
70.000
|
70.000/(1+0.15)1 =
60.870
|
190.000
|
190.000/(1+0.15)1=165
.217
|
2
|
150.000
|
150.000/(1+015)2=113
.422
|
270.000
|
270.000/(1+015)2=204.
159
|
3
|
225.000
|
150.000/(1+015)3=147
.941
|
340.000
|
3400.000/(1+015)3=223
.556
|
NPV
|
|
(Rp57.768)
|
|
(Rp72.932)
|
2.6 System Development Life Cycle (SDLC)
System
Development Lyfe Cycle (SDLC)
adalah keseluruhan proses dalam membangun sistem melalui beberapa langkah. Ada
beberapa model SDLC. Model yang







![]() |
![]() |
![]() |




(Sumber:
Hughes dan Cotterell (2002,p64)
Pada gambar diatas, terlihat panah keatas dan
panah ke bawah. Itu menunjukkan bahwa, kegiatan yang dibawah dikerjakan
berurutan setelah kegiatan sebelumnya (diatas) selesai dikerjakan. Namun, alur waterfall ini dapat kembali lagi ke
kegiatan sebelumnya atau ada kegiatan iterasi, hal ini yang menunjukkan
kekuatan proses model ini. Apabila proyek yang dikerjakan kompleks dan besar,
maka model ini bisa digunakan
untuk
menghindari pekerjaan yang dilakukan ulang (karena kesalahan)setelah pekerjaan sebelumnya
selesai. Dengan dapat membuka kembali aktivitas yang sebelumnya bisa menjamin
waktu penyelesaian proyek. (Hughes dan Cotterel, 2002, p63)
2.7 Lima Tahap Pengembangan Manajemen Proyek
2.7.1
Inisiasi
(Initiation)
Menurut Schwalbe (2004, p71), Inisiasi adalah
proses mengenal, mendefinisikan dan memulai sebuah proyek baru. Tindakan yang
harus dilakukan oleh manajer proyek dan manajemen senior di dalam inisiasi
proyek adalah sebagai berikut :
·
Dengan
cepat menentukan sebuah tim proyek yang kuat
·
Mendapatkan
keterlibatan pemegang saham di dalam awal proyek
·
Menyiapkan
analisis rinci dari masalah bisnis dan mengembangkan teknik perbandingan proyek
·
Menggunakan
pendekatan fase per fase
·
Menyiapkan
rencana yang berguna dan realistis untuk proyek
2.7.2
Perencanaan (Planning)
Menurut Schwalbe (2004, p78), perencanaan meliputi
kegiatan pemikiran serta memperhatikan skema kerja untuk memastikan bahwa
proyek berjalan sesuai kebutuhan organisasi. Untuk dapat memenuhi kebutuhan
tersebut maka rencana yang dibuat harus realistis dan berguna serta melibatkan
banyak waktu dan usaha dalam proses perencanaan
2.7.3
Eksekusi
(Excecuting)
Menurut Schwalbe (2004,p90), Eksekusi meliputi
kegiatan mengkoordinasi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya serta
melaksanakan perencanaan proyek
untuk
menghasilkan produk, jasa atau hasil dari suatu proyek atau fase. Produk dari
proyek dihasilkan selama eksekusi proyek dan biasanya memakan banyak sumber
daya unttuk diselesaikan
2.7.4
Pengawasan dan Pengendalian (Monitoring dan Controlling)
Menurut Schwalbe (2004, pp94-95), Pengawasan dan
pengendalian proyek meliputi pengukuran dan pemantauan kemajuan proyek secara
berkala untuk memastikan tim proyek memenuhi tujuan dari proyek. Manajer proyek
mengawasi dan mengukur kemajuan yang bertentangan dengan rencana dan mengambil
tindakan perbaikan jika diperlukan
2.7.5
Penutupan (Closing)
Menurut Schwalbe (2004, p96), penutupan meliputi
penerimaan formal atas proyek dan mengakhiri proyek secara efektif. Kegiatan
administratif sering dilibatkan dalam proses ini. Misalnya, pengumpulan
data-data proyek, kontrak penutupan dan penerimaan formal dari proyek. Proses
penutupan juga melibatkan kegiatan untuk mendapatkan penerimaan pemegang saham
dan pelanggan dari produk akhir dan proyek atau fase proyek, untuk pemesanan
akhir. Hal ini meliputi verifikasi terhadap semua pekerjaan yang sudah
diselesaikan dan menyangkut audit proyek.
2.8 Metode Estimasi Proyek
Menurut Gray dan Larson (2007,p113) estimasi
adalah proses meramalkan atau memperkirakan waktu dan biaya untuk menyelesaikan
beberapa deliverable proyek. Estimasi
proyek adalah tongkat pengukur untuk mengontrol biaya proyek. Beberapa metode
estimasi proyek adalah sebagai berikut :
2.8.1 Lines of Code
Menurut Olson (2003,p166) metode Lines of Code (LOC) menggunakan
pendekatan dari proyek sebelumnya. Data yang di dapat dari proyek sebelumnya
adalah dasar untuk mengidentifikasi hubungan antara nilai dari kepentingan
(nilai sumberdaya, waktu dan uang yang diperlukan dari proyek sebelumnya) dan
faktor kepentingan yang lain (halaman dokumentasi yang dihasilkan, error yang ditemukan, kekurangan system
dan orang yang terlibat). Pendekatan ini dapat menyediakan cara mudah untuk
mengimplementasikan metode estimasi.
Rumus
:
Effort
|
=
|
Effort x LOC
|
Budget
|
=
|
Budget x LOC
|
Documentation
|
=
|
Documentation x LOC
|
Errors
|
=
|
Errors x LOC
|
Defects
|
=
|
Defects x LOC
|
People
|
=
|
People x LOC
|
Contoh
:
Pengukuran
KLOC pada proyek terdahulu :
Effort : 1.606
Budget : 15.673
Documentation : 58.122
Errors : 9. 784
Defects : 2.531
People : 0.195
Jika sebuah proyek diestimasi mempunyai 10.000 lines of code, pengukuran estimasinya
menjadi :
Effort : 1.606 x
10.000 LOC = 16 person-month
Budget : 15.673
x 10.000 LOC = 157.000
Documentation :
58.122 x 10.000 LOC = 581 pages
Errors : 9. 784 x 10.000 LOC = 98
Defects : 2.531 x 10.000 LOC = 25
People : 0.195 x
10.000 LOC = 2 people
2.8.2 Function Point
Menurut Olson (2003,p167) sasaran dari pendekatan
berbasis function point analisis
adalah untuk menetapkan konsistensi ukuran yang berguna bagi pengguna akhir.
Metode function point dapat digunakan
untuk mengestimasi waktu dan biaya berdasarkan pada spesifikasi kebutuhan.
Metode function
point perhitungannya didasarkan pada ukuran banyak dan kompleksitas fungsi
yang diinginkan dalam proyek software.
Function point dapat dihitung melalui
telaah dokumentasi requirement fungsional
sistem oleh seorang profesional. Tahapan-tahapan yang ada dalam menentukan function point adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Menghitung crude function points (CFP). Jumlah dari komponen fungsional sistem
pertama kali diidentifikasi dan dilanjutkan dengan mengevaluasi kuantitasi
bobot kerumitan dari tiap komponen tersebut. Pembobotan tersebut kemudian dijumlahkan
dan menjadi angka CFP. Perhitungan CFP melibatkan lima tipe komponen sistem software berikut :
·
Jumlah
macam aplikasi input
·
Jumlah
macam aplikasi output
·
Jumlah
macam aplikasi query online –
aplikasi ini berhubungan dengan query
terhadap
data yang tersimpan.
·
Jumlah
macam file/tabel logic yang terlibat
·
Jumlah
macam interface eksternal – output atau input yang dapat berhubungan dengan komputer lewat komunikasi data,
CD, disket, dan lain-lain.
Kemudian diberikan faktor bobot pada tiap komponen
di atas berdasarkan kompleksitasnya. Tabel 2.3 di bawah ini merupakan contoh
blanko pembobotan tersebut.
Tabel
2.3 Blanko Perhitungan CFP (Sumber: http://www.
dosen.amikom.ac.id/downloads/materi/Penggunaan%20Function%20Point.doc)
Komponen Sistem Software
|
Level kompleksitas
|
Total CFP
|
||||||||
Sederhana
|
Menengah
|
Kompleks
|
|
|||||||
Count
|
Faktor Bobot
|
Point
|
Count
|
Faktor
Bobot
|
Point
|
Count
|
Faktor
Bobot
|
Point
|
|
|
A
|
B
|
C=
AxB
|
D
|
E
|
F=
DxE
|
G
|
H
|
I=
GxH
|
J=C+F+I
|
|
Input
|
|
3
|
|
|
4
|
|
|
6
|
|
|
Output
|
|
4
|
|
|
5
|
|
|
7
|
|
|
Query Online
|
|
3
|
|
|
4
|
|
|
6
|
|
|
File logic
|
|
7
|
|
|
10
|
|
|
15
|
|
|
Interface
Eksternal
|
|
5
|
|
|
7
|
|
|
10
|
|
|
Total CFP
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Langkah 2 : Menghitung faktor pengubah
kompleksitas relatif/relative complexity
adjustment factor (RCAF) untuk proyek tersebut.
RCAF berfungsi untuk menghitung kesimpulan
kompleksitas dari sistem software dari beberapa subyek karakteristik. Penilaian
berskala 0 sampai 5 diberikan pada tiap subyek yang paling berpengaruh terhadap
usaha pengembangan yang dibutuhkan. Blanko penilaian yang diusulkan dapat
berupa seperti table 2.4 seperti di bawah ini :
Tabel
2.4 Blanko Perhitungan RCAF (Sumber: http://www.
dosen.amikom.ac.id/downloads/materi/Penggunaan%20Function%20Point.doc)
No
1
|
Subyek
Tingkat kompleksitas
kehandalan backup/recovery
|
Nilai
0 1 2 3 4 5
|
2
|
Tingkat
kompleksitas komunikasi data
|
0 1 2 3 4 5
|
3
|
Tingkat
kompleksitas pemrosesan terdistribusi
|
0 1 2 3 4 5
|
4
|
Tingkat
kompleksitas kebutuhan akan kinerja
|
0 1 2 3 4 5
|
5
|
Tingkat kebutuhan
lingkungan operasional
|
0 1 2 3 4 5
|
6
|
Tingkat kebutuhan
knowledge pengembang
|
0 1 2 3 4 5
|
7
|
Tingkat
kompleksitas updating file master
|
0 1 2 3 4 5
|
8
|
Tingkat
kompleksitas instalasi
|
0 1 2 3 4 5
|
9
|
Tingkat
kompleksitas aplikasi input, output, query online dan file
|
0 1 2 3 4 5
|
10
|
Tingkat
kompleksitas pemrosesan data
|
0 1 2 3 4 5
|
11
|
Tingkat ketidakmungkinan
penggunaan kembali dari kode (reuse)
|
0 1 2 3 4 5
|
12
|
Tingkat variasi
organisasi pelanggan
|
0 1 2 3 4 5
|
13
|
Tingkat
kemungkinan perubahan/fleksibilitas
|
0 1 2 3 4 5
|
14
|
Tingkat kebutuhan
kemudahan penggunaan
|
0 1 2 3 4 5
|
Total = RCAF
|
Keterangan : 1 = Incidental
2 = Moderate
3 = Average
4 = Significant
5 = Essential
Langkah 3 : Menghitung Function
Point dengan rumus
Nilai function point untuk sistem software tersebut kemudian dihitung
berdasarkan hasil dari tahap 1 dan 2 yang dimasukkan ke dalam rumus :

2.8.3
Constructive
Cost Model (COCOMO)
Menurut
Olson (2003,p170) metode Constructive
Cost Model digunakan untuk mengestimasi usaha yang diperlukan untuk
membangun suatu software. COCOMO
model yang digunakan untuk usaha pengembangan software sederhana dapat
dilakukan berbasiskan pada ukuran program. Untuk ukuran relativ pembangunan software yang dibangun oleh tim kecil
dengan pengalaman yang baik, formula COCOMO untuk orang- bulan dari upaya dan
waktu pengembangan dalam kronologis bulan adalah sebagai berikut :

(Sumber:dosen.amikom.ac.id/download/materi/Penggunaan%20Function%20Point.doc)
2.9 Pendefinisian Pekerjaan
Perencanaan (
planning ) dan pengendalian (
controlling ) merupakan hal yang sangat essential dalam manajemen proyek.
Kedua hal ini memungkinkan orang untuk memahami apa yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan proyek dan mengurangi ketidakpastian tentang apa yang akan
dihasilkan dari pengerjaan proyek.
Yang menjadi lingkup pekerjaan selama proses
perencanaan dan pengendalian adalah :
1.
Sebelum
proyek mulai (dan selama tahap konsepsi dan pendefinisian), sebuah rencana
dipersiapkan untuk menentukan tujuan proyek, tugas-tugas yang akan dikerjakan,
jadwal dan anggaran
2. Selama proyek (dalam tahap akuisisi)
rencana yang telah dibuat lalu dibandingkan dengan performasi, waktu dan biaya
yang sebenarnya terjadi (actual).
3.
Jika
ada perbedaan antara yang direncanakan dan yang terjadi sebenarnya maka tindakan koreksi perlu dilakukan,
dan estimasi biaya dan waktu bisa diperbaharui.
2.10 Asuransi
2.10.1
Pengertian
Asuransi
Pengertian Asuransi atau pertanggungan adalah
suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena
suatu kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak
tentu.
Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian
risiko yang dilakukan dengan cara mengalihkan/transfer risiko dari satu pihak
ke pihak lain dalam hal ini adalah perusahaan asuransi.
Asuransi merupakan suatu pelimpahan risiko dari
pihak pertama kepada pihak lain. Dalam pelimpahan dikuasai oleh aturan-aturan
hukum dan berlakunya prinsip-
prinsip
serta ajaran yang secara universal yang dianut oleh pihak pertama maupun pihak
lain. (http://asuransi.astra.co.id/index.php?page=insure.about&1210144506)
Ada
empat unsur yang terlibat dalam asuransi, yaitu :
1.
Penanggung
(insurer) yang memberikan proteksi.
2.
Tertanggung
(insured) yang menerima proteksi.
3.
Peristiwa
(accident) yang tidak diduga atau
diketahui sebelumnya atau peristiwa yang menimbulkan kerugian.
4.
Kepentingan
(interest) yang diasuransikan, yang
mungkin akan mengalami kerugian disebabkan oleh peristiwa itu.
Keempat unsur diatas merupakan unsur pokok dalam
asuransi kerugian yang meliputi asuransi kebakaran, kendaraan roda empat,
kendaraan bermotor, dan sebagainya. Empat prinsip utama asuransi kerugian
meliputi kepentingan yang diasuransikan, jaminan atas ganti rugi, kepercayaan
dan itikad baik. Pertanggungan harus diadakan secara tertulis dengan akta, yang
dinamakan polis. Fungsi umum polis antara lain sebagai bukti jaminan dari
penanggung terhadap tertanggung untuk mengganti kerugian, dan sebagai bukti
pembayaran premi asuransi oleh tertanggung kepada penanggung sebagai balas jasa
atas jaminan penanggung.
Premi asuransi adalah imbalan jasa atas jaminan yang
diberikan oleh penanggung kepada tertanggung untuk mengganti kerugian yang
mungkin diderita oleh tertanggung.
Prosedur-prosedur
dalam asuransi :
1.
Underwriting
Proses
akseptasi suatu resiko atau objek pertanggungan. Proses ini menentukan apakah
resiko tersebut dapat diterima atau tidak. Jika resiko tersebut diterima,
maka
underwriter akan menentukan harga
pertanggungan, menentukan rate yang dikenakan terhadap resiko tersebut dan
menghitung jumlah premi yang harus dibayar oleh penanggung. Setelah itu proses
ini diikuti dengan penerbitan polis.
2.
Endorsement
Perubahan
yang berhubungan dengan kondisi / jangka pertanggungan yang dilakukan terhadap
polis asli. Perubahan yang sering dilakukan biasanya perubahan terhadap harga
pertanggungan, alamat tertanggung, dan penambahan objek tertanggung.
3.
Pembatalan (Cancelation)
Pembatalan
polis dapat digolongkan sebagai endorsement.
Dalam hal ini premi asuransi yang telah dibebankan terhapat tertanggung
akan dikembalikan kepada tertanggung untuk masa pertanggungan yang masih
tersisa.
4.
Perpanjangan (Renewal)
Perpanjangan
polis merupakan tindak lanjut dari suatu polis yang telah melewati masa
pertanggungannya, dimasa sebelumnya akan dilakukan proses underwriting kembali terhadap kondisi pertanggungan.
5.
Reasuransi (Reissurance)
Proses
penyebaran resiko dari perusahaan asuransi kepada perusahaan lain untuk
berpartisipasi terhadap resiko tersebut. Hal ini karena terbatasnya kapasitas
yang ada pada setiap perusahaan asuransi untuk menahan resiko.
6.
Klaim (Claim)
Claim terjadi
bila ada kerugian yang terjadi pada objek tertanggung. Penanganan claim meliputi proses menentukan
kerugian apa yang terjadi dan memberikan ganti rugi terhadap tertanggung atas
kerugian yang diderita.
2.10.2 Manfaat Asuransi
Disamping sebagai bentuk pengendalian
resiko (secara finansial), asuransi juga memiliki berbagai manfaat yang
diklasifikasikan ke dalam tiga fungsi antara lain : (http://asuransi.astra.co.id/index.php?page=insure.about&1210144506)
·
Fungsi
utama asuransi adalah sebagai pengalihan risiko, pengumpulan dana dan premi
yang seimbang
·
Fungsi
sekunder asuransi adalah untuk merangsanag pertumbuhan usaha, mencegah
kerugian, pengendalian kerugian, memimiliki manfaat sosial dan sebagai tabungan
·
Fungsi
tambahan asuransi adalah sebagai investasi dana dan invisible earnings
2.10.3 Prinsip Dasar Asuransi
Dalam
dunia asuransi ada enam macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu
·
Insurable
Interest
Merupakan hak untuk mengasuransikan, yang timbul
dari suatu hubungan keuangan antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan
diakui secara hukum
·
Utmost Good Faith
Merupakan suatu tindakan untuk mengungkapkan
secara akurat dan lengkap, semua fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik yang diminta
maupun tidak.
·
Proximate
Cause
Proximate
cause adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan suatu
akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari sumber
yang baru dan independen
·
Indemnity
Indemnity
adalah
suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam
upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang dimiliki sesaat
sebelum terjadinya kerugian
·
Subrogation
Merupakan pengalihan hak tuntut dari tertanggung
kepada penanggung setelah klaim dibayar
·
Contribution
Merupakan hak penanggung untuk mengajak penanggung
lainnya yang sama- sama menanggung tetapi tidak harus sama kewajibannya
terhadap tertanggung untuk ikut
memberikan indemnity.
Comments
Post a Comment